Penerapan TQM di PT. Mustika RatuM A
K A L A H
BERKAITAN
DENGAN TQM
TUGAS
INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI
TUGAS
MATA KULIAH OPERASIONAL PETIKEMAS
DOSEN
PENGAMPU:
Dr.
Ir. SUMARZEN MARDJUKI M.
DISUSUN
OLEH :
NAMA : ANA
RIZKI ZAKIYAH
NIM :
171011458
SEMESTER : 4B
SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI DAN
MANAJEMEN KEPELABUHANAN
(STIAMAK)
BARUNAWATI SURABAYA
2019
Total Quality Manajemen (TQM)
Pengertian
Total Quality Manajemen
Total
Quality Management (TQM) disebut juga dengan Manajemen Mutu Terpadu atau
Manajemen Kualitas Terpadu adalah pendekatan manajemen pada suatu organisasi,
berpusat pada kualitas, berdasarkan partisipasi semua anggotanya dan bertujuan
untuk kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan pelanggan, dan manfaat bagi
semua anggota organisasi dan masyarakat. Total Quality Management (TQM) disebut
juga dengan Manajemen Mutu Terpadu atau Manajemen Kualitas Terpadu adalah
pendekatan manajemen pada suatu organisasi, berpusat pada kualitas, berdasarkan
partisipasi semua anggotanya dan bertujuan untuk kesuksesan jangka panjang
melalui kepuasan pelanggan, dan manfaat bagi semua anggota organisasi dan
masyarakat.
Berikut ini beberapa
pengertian Total Quality Management (TQM) dari beberapa sumber buku:
·
Menurut
Nasution (2005:22), Total Quality Management (TQM) adalah Perpaduan semua
fungsi manajemen, semua bagian dari suatu perusahaan dan semua orang ke dalam
falsafah holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork,
produktivitas, dan kepuasan pelanggan.
·
Menurut
Tjiptono (1995:4), Total Quality Management (TQM) merupakan suatu pendekatan
dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi
melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan
lingkungannya.
·
Menurut
Gaspersz (2001:5), Total Quality Management merupakan suatu cara meningkatkan
performasi secara terus-menerus (continuous performance improvement) pada
setiap level operasi atau proses, dalam setiap area fungsional dari suatu
organisasi, dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang
tersedia.
·
Menurut
Simamora (2012:28), Total Quality Management atau manajemen mutu terpadu adalah
lingkungan organisasional dimana semua fungsi bekerja sama untuk membangun mutu
ke dalam produk atau jasa perusahaan.
·
Menurut
Ibrahim (2000:22), Total Quality Management adalah suatu manejemen yang membuat
perencanaan dan mengambil keputusan, mengorganisir, memimpin, mengarahkan,
mengolah, memanfaatkan seluruh modal peralatan dan material, teknologi, sistem
informasi, energi dan sumber daya manusia untuk membuat produk atau jasa
berkualitas yang memenuhi kebutuhan dan kepuasan pasar konsumen terus menerus
untuk kelangsungan hidup perusahaan secara efisien, efektif dan
bertanggungjawab dengan partisipasi seluruh sumber daya manusia.
·
Menurut
Hansen dan Mowen (2009:17), Total Quality Management adalah suatu perbaikan
berkelanjutan yang mana hal ini adalah sesuatu yang mendasar sifatnya bagi
pengembangan proses manufaktur yang sempurna. Memproduksi produk dan
pengurangan pemborosan yang sesuai dengan standar merupakan dua tujuan umum
perusahaan.
Karakteristik Total
Qality Management
Menurut Goetsch dan
Davis, ada sepuluh karakteristik Total Qality Management, yaitu sebagai berikut
(Tjiptono, 2003:15):
1. Fokus pada pelanggan. Dalam TQM, baik pelanggan internal
maupun pelanggan eksternal merupakan driver. Pelanggan eksternal menentukan
kualitas produk atau jasa yang disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan
internal berperan besar dalam menentukan kualitas tenaga kerja, proses, dan
lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa.
2. Obsesi terhadap kualitas. Dalam organisasi yang menerapkan
TQM, pelanggan internal dan eksternal menentukan kualitas. Dengan kualitas yang
ditetapkan tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau melebihi
apa yang ditentukan mereka. Hal ini berarti bahwa semua karyawan pada setiap
level berusaha melaksanakan setiap aspek pekerjaannya berdasarkan
perspektif.
3. Pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah sangat
diperlukan dalam penerapan TQM, terutama untuk mendesain pekerjaan dan dalam
proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan
pekerjaan yang didesain tersebut. Dengan demikian, data diperlukan dan
dipergunakan dalam menyusun patok duga (benchmark), memantau prestasi, dan
melaksanakan perbaikan.
4. Komitmen jangka panjang. TQM merupakan suatu paradigma baru
dalam melaksanakan bisnis. Untuk itu, dibutuhkan budaya perusahaan yang baru
pula. Oleh karena itu, komitmen jangka panjang sangat penting guna mengadakan
perubahan budaya agar penerapan TQM dapat berjalan dengan sukses.
5. Kerjasama tim. Dalam organisasi yang dikelola
secara tradisional seringkali diciptakan persaingan antar departemen yang ada
dalam organisasi tersebut agar daya saingnya terdongkrak. Sementara itu, dalam
organisasi yang menerapkan TQM, kerjasama tim, kemitraan, dan hubungan dijalin
dan dibina, baik antar karyawan perusahaan maupun dengan pemasok,
lembaga-lembaga pemerintah, dan masyarakat sekitarnya.
6. Perbaikan secara berkesinambungan. Setiap produk dan atau jasa
dihasilkan dengan memanfaatkan proses-proses tertentu di dalam suatu sistem/
lingkungan. Oleh karena itu, sistem yang ada perlu diperbaiki secara
terus-menerus agar kualitas yang dihasilkannya dapat makin meningkat.
7. Pendidikan dan pelatihan. Dewasa ini masih terdapat perusahaan
yang menutup mata terhadap pentingnya pendidikan dan pelatihan karyawan.
Kondisi seperti itu menyebabkan perusahaan yang bersangkutan tidak berkembang
dan sulit bersaing dengan perusahaan lainnya, apalagi dalam era persaingan
global. Sedangkan dalam organisasi yang menerapkan TQM, pendidikan dan
pelatihan merupakan faktor yang fundamental. Setiap orang diharapkan dan
didorong untuk terus belajar. Dengan belajar, setiap orang dalam perusahaan
dapat meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian profesionalnya.
8. Kebebasan yang terkendali. Dalam TQM, keterlibatan dan
pemberdayaan karyawan dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
merupakan unsur yang sangat penting. Hal ini dikarenakan unsur tersebut dapat
meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab karyawan terhadap keputusan yang
telah dibuat. Meskipun demikian, kebebasan yang timbul karena keterlibatan dan
pemberdayaan tersebut merupakan hasil dari pengendalian yang terencana dan
terlaksana dengan baik.
9. Kesatuan tujuan. Supaya TQM dapat diterapkan dengan
baik, maka perusahaan harus memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian, setiap
usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama. Akan tetapi, kesatuan tujuan ini
tidak berarti bahwa harus selalu ada persetujuan/ kesepakatan antara pihak
manajemen dan karyawan, misalnya mengenai upah dan kondisi kerja.
10. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan
karyawan.
Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dapat meningkatkan kemungkinan
dihasilkannya keputusan yang baik, rencana yang baik, atau perbaikan yang lebih
efektif, karena juga mencakup pandangan dan pemikiran dari pihak-pihak yang
langsung berhubungan dengan situasi kerja serta meningkatkan rasa memiliki dan
tanggung jawab atas keputusan dengan melibatkan orang-orang yang harus
melaksanakannya.
Metode Total Quality
Management
a. Metode W. Edwards Deming
Deming mencatat kesuksesan dalam memimpin revolusi di Jepang,
yaitu dengan memperkenalkan penggunaan teknik pemecahan masalah dan
pengendalian proses statistik (statistical process control = SPC). Salah satu metode
Deming yang terkenal adalah siklus deming (deming cycle).
Siklus Deming adalah model perbaikan berkesinambungan yang
dikembangkan oleh W. Edward Deming yang terdiri atas empat komponen utama
secara berurutan yang dikenal dengan siklus PDCA (Plan-Do-Check-Act).
Penjelasan dari
setiap siklus PDCA tersebut adalah sebagai berikut :
1. Mengembangkan rencana perbaikan (plan). Ini merupakan langkah setelah
dilakukan pengujian ide perbaikan masalah. Rencana perbaikan disusun
berdasarkan prinsip 5-W (what, why, who, when, dan where) dan 1 H (how), yang
dibuat secara jelas dan terinci serta menetapkan sasaran dan target yang harus
dicapai. Dalam menetapkan sasaran dan target harus dengan memerhatikan prinsip
SMART (specific, measurable, attainable, reasonable, dan time).
2. Melaksanakan rencana (do). Rencana yang telah disusun
diimplementasikan secara bertahap, mulai dari skala kecil yang pembagian tugas
secara merata sesuai dengan kapasitas dan kemampuan setiap personil. Selama
dalam melaksanakan rencana harus dilakukan pengendalian yaitu mengupayakan agar
seluruh rencana dilaksanakan dengan sebaik mungkin sasaran dapat dicapai.
3. Memeriksa atau meneliti hasil yang dicapai
(check atau study). Memeriksa
atau meneliti hasil merujuk pada penetapan apakah pelaksanaannya berada dalam
jalur, sesuai dengan rencana dan memantau kemajuan perbaikan yang direncanakan.
Alat atau piranti yang dapat digunkan dalam memeriksa adalah pareto diagram,
histogram, dan diagram kontrol.
4. Melakukan tindakan penyesuaian bila
diperlukan (action).
Penyesuaian dilakukan bila dianggap perlu, yang didasarkan hasil analisis di
atas. Penyesuaian berkaitan dengan standarisasi prosedur baru guna menghindari
timbulnya kembali masalah yang sama atau menetapkan sasaran baru bagi perbaikan
berikutnya.
b. Metode Joseph M. Juran
Juran
mendefinisikan kualitas sebagai cocok atau sesuai untuk digunakan (fitness for
use), yang mengandung pengertian bahwa suatu barang atau jasa harus dapat
memenuhi apa yang diharapkan oleh para pemakainya.
Kontribusi Juran yang paling
terkenal adalah Juran’s Basic Steps to Progress, tiga langkah dasar ini
merupakan langkah yang harus dilakukan perusahaan bila mereka ingin mencapai
kualitas tingkat dunia. Juran juga yakin bahwa ada titik diminishing return
dalam hubungan antara kualitas dan daya saing. Ketiga langkah tersebut terdiri
atas berikut ini:
1. Mencapai perbaikan terstruktur atas
dasar kesinambungan yang dikombinasikan dengan dediksi dan keadaan yang
mendesak.
2. Mengadakan program pelatihan secara
luas.
3. Membantu komitmen dan kepemimpinan
pada tingkat manajemen yang lebih tinggi.
c. Metode Philip B. Crosby
Crosby terkenal dengan anjuran manajemen
zero defect dan pencegahan, yang menentang tingkat kualitas yang dapat diterima
secara statistik (acceptable quality level). Pandangan-pandangan Crosby
dirangkumnya dalam ringkasan yang ia sebut sebagai dalil-dalil manajemen
kualitas, yaitu:
1.
Definisi kualitas adalah sama
dengan persyaratan. Definisi kualitas menurut Crosby
adalah memenuhi atau sama dengan persyaratan (conformance to requirements).
Kurang sedikit saja dari persyaratan maka suatu barang atau jasa dikatakan
tidak berkualitas. Persyaratan itu sendiri dapat berubah sesuai dengan
keinginan pelanggan, kebutuhan organisasi, pemasok dan sumber, pemerintah, teknologi,
serta pasar atau persaingan.
2.
Sistem kualitas adalah
pencegahan. Pada masa lalu, sistem kualitas adalah
penilaian (appraisal). Dalam suatu proses pasti ada input dan output. Di dalam
proses kerja internal sendiri ada empat kendali input, di mana proses
pencegahan dilakukan, yaitu pada: a). Fasilitas dan perlengkapan. b). Pelatihan
dan pengetahuan. c). Prosedur, pedoman/manual operasi standar, dan pedoman
standar kualitas. d). Standar kinerja/prestasi.
3.
Kerusakan nol (zero effect)
merupakan standar kinerja yang harus digunakan.
Konsep yang berlaku di masa lalu, yaitu konsep mendekati (close enough
concept), misalnya efisensi mesin mendekati 95%. Tetapi, jika dihitung besar
inefisensi 5% dikaliakan dengan penjualan maka akan didapat nilai yang cukup
besar. Crosby mengajukan konsep kerusakan nol, yang menurutnya dapat tercapai
bila perusahaan melakukan sesuatu dengan benar sejak awal proses dan setiap
kali proses.
4.
Ukuran kualitas adalah price of
nonconformance. Price of nonconformance (PONC) adalah biaya
yang harus dikeluarkan karena melakukan kesalahan. Price of conformance adalah
biaya yang dikeluarkan bila tugas dilakukan secara benar semenjak pertama
kalinya. Kualitas harus merupakan sesuatu yang dapat diukur. Biaya untuk
menghasilkan kualitas juga harus terukur. Menurut Crosby, biaya mutu merupakan
penjumlahan antara price of nonconformance dan price of conformance. Untuk
keperluan ini di butuhkan konfirmasi persyaratan dari pelanggan.
Manfaat Total Quality Management (TQM)
Menurut Hessel, manfaat penerapan Total Quality Management
(TQM) bagi perusahaan/organisasi adalah (Nasution, 2005:366):
1.
Proses desain produk menjadi lebih
efektif, yang akan berpengaruh pada kinerja kualitas, yaitu keandalan produk,
product features, dan serviceability.
2.
Penyimpangan yang dapat dihindari pada
proses produksi mengakibatkan produk yang dihasilkan sesuai dengan standar,
meniadakan pengerjaan ulang, mengurangi waktu kerja, mengurangi kerja mesin,
dan menghemat penggunaan material.
3.
Hubungan jangka panjang dengan pelanggan
akan berpengaruh positif bagi kinerja organisasi, antara lain dapat merespon
kebutuhan pelanggan dengan lebih cepat, serta mengantisipasi perubahan
kebutuhan dan keinginan pelanggan.
4.
Sikap pekerja yang baik akan
menimbulkan partisipasi dan komitmen pekerja pada kualitas, rasa bangga bekerja
sehingga akan bekerja secara optimal, perasaan tanggung jawab untuk
meningkatkan kinerja organisasi.
CONTOH PENERAPAN TQM DI PT. MUSTIKA RATU
Sejak diresmikan pada tahun 1981, perusahaan menerapkan
sistem Management by Objective (MBO), dan mulai pada tanggal
10 Oktober 1995, PT Mustika Ratu menggunakan sistem TQM yang dirasakan lebih
tepat dalam menangani seluruh kegiatan perusahaan, yang tidak terlepas dari ISO
9002. Penerapan elemen-elemen ISO 9002 dimulai pada tanggal 10 Oktober 1995 di
setiap departemen dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
PT Mustika
Ratu juga menerapkan tiga prinsip dalam mendukung pencapaian tujuan perusahaan,
yaitu:
1. Fokus utama
ada pelanggan (customer focus)
2. Proses
perbaikan dan peningkatan produksi (process improvement).
3. Keterlibatan
seluruh karyawan dalam usaha untuk meningkatkan mutu produk (total involvement).
Analisa Keberhasilan
Penerapan TQM PT Mustika Ratu
Keberhasilan PT Mustika Ratu dalam penerapan
TQM yang tidak terlepas dari ISO 9002 dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel
5. Produksi dan produksi cacat PT
Mustika Ratu
|
||||
1995
|
2007
|
|||
|
(sebelum TQM)
|
(sesudah TQM)
|
||
Jenis
Produk
|
Produksi
(unit)
|
Cacat
|
Produksi
(unit)
|
Cacat
|
Perawatan wajah
|
12,220,500
|
0,10
|
14,551,800
|
0,02
|
Tata rias dasar
|
9,341,800
|
0.30
|
11,117,800
|
0,05
|
Tata Rias dekoratif
|
2,139,700
|
0.30
|
3,170,700
|
0,06
|
Perawatan tubuh
|
6,316,900
|
0.05
|
8,099,500
|
0,008
|
Perawatan rambut
|
2,452,000
|
0.04
|
3,266,300
|
0,01
|
Jamu
|
388,762,000
|
0.04
|
524,828,500
|
0,06
|
Minuman segar
|
200,000
|
0.02
|
285,300
|
0,008
|
421,432,900
|
|
565,319,900
|
|
1. PT
Mustika Ratu mengalami peningkatan terutama di dalam hal mutu produk, hal ini
dapat dilihat pada meningkatnya tingkat kenaikan produksi dan menurunnya
persentase produk cacat yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Untuk menghitung tingkat kenaikan total
produksi setelah penerapan TQM dapat dilakukan dengan cara membagi peningkatan
produksi (unit) dengan total produksi pada tahun 1995 (sebelum penerapan TQM)
dan dikalikan dengan 100%. Hasilnya dapat dilhat dalam tabel berikut:
Tabel
6. Peningkatan produksi setelah penerapan TQM
|
||||
1995
|
2007
|
|||
|
(sebelum
TQM)
|
(sesudah
TQM)
|
Peningkatan
produksi
|
|
Jenis
Produk
|
Produksi
(unit)
|
Produksi
(unit)
|
(unit)
|
(%)
|
Perawatan wajah
|
12,220,500
|
14,551,800
|
2,331,300
|
19.08
|
Tata rias dasar
|
9,341,800
|
11,117,800
|
1,776,000
|
19.01
|
Tata Rias dekoratif
|
2,139,700
|
3,170,700
|
1,031,000
|
48.18
|
Perawatan tubuh
|
6,316,900
|
8,099,500
|
1,782,600
|
28.22
|
Perawatan rambut
|
2,452,000
|
3,266,300
|
814,300
|
33.21
|
Jamu
|
388,762,000
|
524,828,500
|
136,066,500
|
35.00
|
Minuman segar
|
200,000
|
285,300
|
85,300
|
42.65
|
421,432,900
|
565,319,900
|
Untuk menghitung tingkat kenaikan total
produksi setelah penerapan TQM dapat dilakukan dengan cara membagi peningkatan
produksi (unit) dengan total produksi pada tahun 1995 (sebelum penerapan TQM)
dan dikalikan dengan 100%. Hasilnya dapat dilhat dalam tabel berikut:
Tabel
6. Peningkatan produksi setelah penerapan TQM
|
||||
1995
|
2007
|
|||
|
(sebelum
TQM)
|
(sesudah
TQM)
|
Peningkatan
produksi
|
|
Jenis
Produk
|
Produksi
(unit)
|
Produksi
(unit)
|
(unit)
|
(%)
|
Perawatan wajah
|
12,220,500
|
14,551,800
|
2,331,300
|
19.08
|
Tata rias dasar
|
9,341,800
|
11,117,800
|
1,776,000
|
19.01
|
Tata Rias dekoratif
|
2,139,700
|
3,170,700
|
1,031,000
|
48.18
|
Perawatan tubuh
|
6,316,900
|
8,099,500
|
1,782,600
|
28.22
|
Perawatan rambut
|
2,452,000
|
3,266,300
|
814,300
|
33.21
|
Jamu
|
388,762,000
|
524,828,500
|
136,066,500
|
35.00
|
Minuman segar
|
200,000
|
285,300
|
85,300
|
42.65
|
421,432,900
|
565,319,900
|
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwan
tingkat kenaikan produksi PT Mustika Ratu mningkat dengan tajam mulai 19,01%
sampai dengan 48,18% bahkan pada produk tata rias dekoratif, produksinya naik
sebesar 48,18% dibandingkan dengan sebelum penerapan TQM. Keberhasilan ini
merupakan suatu hal yang sangat baik. Sedangkan untuk menghitung tingkat penurunan
produk cacat dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel
7. Penurunan produk cacat setelah penarapan TQM
|
||||||||
1995
|
2007
|
|
|
|||||
|
(sebelum TQM)
|
(sesudah
TQM)
|
Penurunan
produk cacat
|
|||||
Jenis
Produk
|
Produksi (unit)
|
Produksi (unit)
|
(unit)
|
(%)
|
||||
Perawatan wajah
|
1,222,050
|
291,036
|
931,014
|
76.18
|
||||
Tata rias dasar
|
2,802,540
|
555,890
|
2,246,650
|
80.16
|
||||
Tata Rias dekoratif
|
641,910
|
190,242
|
451,668
|
70.36
|
||||
Perawatan tubuh
|
315,845
|
64,796
|
251,049
|
79.48
|
||||
Perawatan rambut
|
98,080
|
32,663
|
65,417
|
66.70
|
||||
Jamu
|
15,550,480
|
3,148,971
|
12,401,509
|
79.75
|
||||
Minuman segar
|
4,000
|
2,282
|
1,718
|
42.94
|
||||
20,634,905
|
4,285,880
|
|||||||
Berdasarkan tabel diatas dapat terlihat bahwa
ada penurunan tingkat kecacatan produk yang tajam antara sebelum penerapan TQM
dengan sesudah penerapan TQM. Kenaikan yang berkisar antara 42,94% sampai dengan 80,16%, sangat
mengembirakan. Penurunan tingkat kecacatan produk disebabkan adanya penerapan
elemen-elemen ISO 9002 dengan baik, peningkatan sumber daya manusia khususnya
pada tenaga ahli dalam bidang kosmetik dan jamu tradisonal. Hal ini akan
berdampak pada meningkatnya jumlah produk yang baik, sehingga volume penjualan
akan meningkat dan laba perusahaan juga ikut meningkat.
2. Melalui penerapan
TQM, maka mutu prodk yang dihasilkan akan selalu terjaga pada suatu standar
tertentu. Hal ini dapat dilihat pada pengawasan mutu yang baik dalam
pengendalian mutu yang dilaksanakan secara berkala. Dengan adanya dokumentasi
di setiap kegiatan perusahaan, maka dapat dilakukan pengawasan, dan jika
terjadi kesalahan akan dengan cepat diatasi agar tidak menganggu proses
produksi.
3. Pihak manajemen PT
Mustika Ratu melihat bahwa dengan penerapan TQM ini, biaya produksi dapat
ditekan. Hal ini terbukti dengan
berkurangnya produk cacat, sehingga biaya pengerjaan ulang semakin berkurang.
4. Secara tidak
langsung, amnfaat penerapan TQM ini adalah meningkatnya motivasi karyawan PT
Mustika Ratu. Hal ini disebabkan karena para karyawan dilibatkan secara
langsung dalam pengambilan keputusan untuk kemajuan perusahaan. Dengan
terciptanya suasana kerja yang baik, maka kinerja peusahaan akan berjalan
dengan baik pula.
Kesimpulan & Saran
KESIMPULAN:
Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya, maka
kesimpulan dengan adanya penerapan TQM yang berkaitan dengan ISO 9002
adalah:
1. PT Mustika Ratu mengalami peningkatan mutu produk
berdasarkan peningkatan produksi dan penurunan produk cacat.
2. Melalui penerapan mutu TQM, maka mutu produk akan selalu
terjaga pada suatu standar tertentu. Hal ini dapat dilihat dengan adanya sistem
pengawasan mutuyang baik. Dengan adanya dokumentasian setiap kegiatan,
maka tingkat kesalahandapat diperkecil. Jika terjadi kesalahan, maka dapat
segera diatasi sehingga tidakmengganggu proses produksi.
3. Dengan penerapan TQM ini dapat menekan biaya produksi dengan
berkurangnya produk cacat sehingga biaya pengerjaan ulang dapat
ditekan.
4. Manfaat tidak langsung adalah dapat meningkatkan motivasi
karyawan PTMustika Ratu. Hal inidisebabkan karena para karyawan dilibatkan
secara langsung dalam pegambilan keputusan untuk kemajuan perusahaan. Dengan
terciptanya suasana kerja yang baik, maka kinerja perusahaan akan berjalan
dengan baik pula.
Sedangkan PT Mustika Ratu dalam penerapan TQM yang tidak
terlepas dariISO 9002 juga mengalami hambatan-hambatan yang harus segera
diatasi. Hambatan-hambatan tersebut adalah:
1. Adanya masalah dokumentasi pada setiap pekerjaan cukup
membebani parakaryawan, karena adanya jadwal audit internal yang dilaksanakan
setiap 2 kali dalam satu bulan, serta jadwal audit eksternal yang dilaksanakan
setiap bulan. Oleh sebab itu karyawan merasa pekerjaan lainnya terbengkalai.
Selain itu jugamuncul masalah dalam ketepatan penyampaian dokumen antara
depertemen-departemen yang terkait agaknya kurang mendapatkan perhatian,
sehingga sering menimbulkan kesalahpahaman yang tidak perlu.
2. Biaya penerapan TQM yang sangat besar juga dirasakan oleh
pihak manajemen PT Mustika Ratu. Adapun biaya yang besar itu disebabkan karena
adanya pelatihan bagi para manajer dan terutama untuk merubah sistem
manajemen PT Mustika Ratu. Di sisi lain biaya yang besar tadi akan
diimbangioleh peningkatan produktivitas, penurunan produk cacat, dan berpeluang
untuk meraih konsumen yang lebih banyak sehingga dapat mendukung
peningkatan penjualan produk PT Mustika Ratu karena mutunya selalu terjaga
dengan baik.
3. Masalah program-program pelatihan penerapan TQM serta ISO
9002 yang hanyadiberikan kepada para manajer level menengah dan keatas. Dengan
pertimbangan atas mahalnya biaya program-program pelatihan jika seluruh
karyawan diikutsertakan.
SARAN :
Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang telah
dilakukan, penulis menyampaikan saran-saran, yang hendaknya tidak dianggap
sebagai sesuatu hal yang negatf, akan tetapi hendaknya dapat diterima sebagai
sesuatu hal yang membangun,demi kepentingan perusahaan sendiri maupun
kepentingan konsumen. Adapun saranyang akan diungkapkan adalah sebagai berikut:
1. Dalam penerapan TQM yang berhubungan dengan ISO 9002,
masalahdokumentasi agaknya cukup menjadi masalah, dengan adanya keharusan setiap
kegiatan perusahaan didokumentasikan, dan sedikitnya waktu untuk melakukan
haltersebut. Agar masalah ini dapat diatasi, maka diperlukan keterbukaan dan kerjasama
yang solid antar departemen, dengan tujuan agar kegiatan pendokumentasian dapat dilakukan bersama-sama dengan membagi tugas,
sehingga menghemat waktu serta dapat menciptakan sinergi perusahaan yang efisien
dan kokoh.
2. Meskipun biaya penerapan TQM yang besar dikeluhkan oleh
pihak manajemen PT Mustika Ratu, akan tetapi biaya awal yang besar tersebut
hendaknya dilihat sebagai awal dari perbaikan kinerja perusahaan, yang sudah
tentu akan diimbangi dengan peningkatan produktivitas, penurunan jumlah produk
cacat, berpeluanguntuk meraih konsumen yang lebih banyak sehingga kinerja
perusahaan meningkat.
3. Program-program pelatihan kerja akan lebih baik jika
diikuti oleh seluruh karyawan, baik tingkat alas maupun bawah, dengan tujuan
agar karyawan semakin terampil dan semakin baik dalam kualitas kerja yang
berujung pada peningkatan mutu produk. Jika biayanya terlalu besar, maka
perusahaan dapat
membuat pelatihan internal dengan instruktur yang berasal dari karyawan yang
telah mengikuti pelatihan tersebut sebelumnya.
4. Dengan prestasi yang sudah dicapai oleh perusahaan,
bukanlah merupakan suatu alasan untuk tidak terus melakukan perbaikan pada
setiap aspek yang berpengaruh pada keberhasilan karyawan.
Prestasi hari esok harus lebih baik dari hari sekarang
DAFTAR PUSTAKA
Nasution. 2005. Manajemen
Mutu Terpadu (Total Quality Management). Bogor: Ghalia Indonesia.
Tjiptono, Fandy. 1995. Strategi
Pemasaran.
Yogyakarta: Andi Offset.
Tjiptono, Fandy. 2003. Total
Quality Service.
Yogyakarta: Andi Offset.
Gaspersz, Vincent. 2001. Total
Quality Management. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Simamora, Henry. 2012. Akuntansi
Manajemen. Jakarta:
Star Gate Publisher.
Ibrahim. 2000. TQM
Total Quality Management – Panduan Untuk Menghadapi Persaingan Global. Jakarta: Djambatan.
Hansen dan Mowen. 2009. Akuntansi
Manajerial, Buku 1 Edisi 8. Jakarta: Salemba Empat.
Rahardja,Liana.2010.Analisis
Peranan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dalam Meningkatkan Produktivitas PT
Mustika Ratu yang Bersertifikat ISO 9002.Ultima Acounting Vol 2 No. 1
Juni 2010